
(Refleksi Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh)
"Lukisan berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh (1807-1880) menyimpan sejumlah tanda tanya. Lukisan ini diselesaikan tahun 1857, hampir 30 tahun setelah perang Diponegoro berakhir pada 1830. Lukisan berukuran kecil ini (100 x 150 cm) tidak orisinal karena merupakan salinan (dengan perubahan) lukisan J.W. Pieneman dengan judul dan ukuran yang kurang lebih sama. Lukisan Pieneman yang disontek dibuat beberapa tahun setelah perang Diponegoro berakhir sebagai catatan peristiwa penting dalam sejarah administrasi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Penangkapan Pangeran Diponegoro terkategori peristiwa besar karena Perang Diponegoro merupakan perang yang sulit, mahal dan lama (1825-1830)".
(Jim Supangkat, Raden Saleh dan Revolusi 1848, 1000 Tahun Nusantara/Editor, J.B.Kristanto.-Jakarta: Kompas, 2000, hlm. 585).
Uraian di atas merupakan tinjauan kritis terhadap sejarah seni rupa modern Indonesia dan latar belakang yang mempengaruhinya, Raden Saleh berhadapan dengan J.W. Pieneman sebagai perupa dan Pangeran Diponegoro (bersama kerabat dan pasukan pengikutnya) sebagai tokoh yang mengilhami karya mereka dalam konteks masa pendudukan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang diwakili Jenderal De Kock dan prajurit perwiranya.
Seperti kita ketahui, Raden Saleh dengan pandangan patriotik dan pengaruh romantisme yang mulai berkembang di Eropa pada masanya, berusaha melawan lewat pemberontakan dan kritikan lewat karya Penangkapan Pangeran Diponegoro tersebut, di mana karakter dan setting tokoh-tokoh perjuangan dalam karya Pieneman (sebagai pelukis dokumenter, Pieneman menggambarkan obyek figur dengan kaku dan bersifat resmi) direvisi oleh Raden Saleh (Dijiwai oleh suasana kesedihan dan drama, di dalamnya sikap keras para perwira Belanda itu kelihatan begitu tajamnya bertentangan dengan wajah-wajah sendu yang terpancar dari pengikut Diponegoro). Bertolak dengan karya yang lain, dalam lukisan ini anatomi pihak Belanda dikerdilkan. Tidak tanggung-tanggung, Raden Saleh juga memasukkan dirinya di dalam lukisan itu: pertama, berdiri menunduk dan dengan sikap penuh takzim di hadapan Pangeran; dan, kedua, sebagai salah seorang pengikut Diponegoro, dengan muka penuh kecemasan, menatap ke depan. Hebatnya lagi, karya tersebut dihadiahkan kepada Raja Willem III - suatu sikap perlawanan yang sangat efisien, langsung ke pusat pemerintahan Kolonial !
Dalam karya Tertangkapnya Raden Saleh ini, saya berusaha mempertemukan tokoh-tokoh pelaku peristiwa sejarah besar Perang Jawa, sambil berusaha “menangkap” ideologi perlawanan Raden Saleh..
Dalam setting imajiner saya, Raja Willem III terusik dengan hadiah dari Raden Saleh tersebut, maka dibuatlah rekonstruksi yang melibatkan tokoh-tokoh tersebut, dipanggillah Pieneman, De Kock dan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro juga dijemput dari Port Rotterdam Makassar, mereka kemudian berbondong-bondong menuju Magelang (waktu itu belum menjadi kota kolektor), mungkin kejadian tersebut dilakukan setelah tahun 1857, setelah lukisan tersebut jadi dan dihadiahkan ke Raja Willem III. Ah tidak mungkin ! Pangeran Diponegoro berpulang pada tanggal 8 Januari 1855 dalam pembuangan. Jadi siapa yang mewakili Pangeran Diponegoro dalam acara rekonstruksi tersebut ?
Atau, ini mungkin lebih rasional, acara tersebut terjadi setelah kepulangan Raden Saleh dari Perancis sekitar tahun 1851 (Tahun 1852 & 1857 Raden Saleh pulang ke Jawa) sampai sebelum Pangeran Diponegoro meninggal dunia (1855). Jadi ide acara rekronstruksi tersebut datang dari De Kock-karena masih mencurigai Raden Saleh (Raden Saleh berusaha melarikan diri ke Jerman, setelah beliau dikirim ke Belanda lalu Perancis di tengah berkecamuknya Perang Jawa), atau ide Raden Saleh sendiri atas persetujuan penguasa kolonial.
Semua berkumpul (dan Raja Willem III tidak tahu-menahu, karena memang dia tidak diberitahu), termasuk Pangeran Diponegoro. Beliau memperhatikan sketsa Raden Saleh (Dalam sketsa ini Raden Saleh menggambarkan Pangeran Diponegoro bertolak pinggang sambil menenangkan istrinya yag bersujud di lututnya), dan Pieneman harap-harap cemas menyaksikan adegan tersebut. Dia sadar sebagai pelukis pemerintah berhadapan dengan Pangeran Diponegoro yang melegenda tersebut, dan di sebelahnya berdiri seniornya, setelah lebih dari 22 tahun memperdalam seni lukis di Eropa, tujuh tahun terakhir tinggal di negara revolusioner (Revolusi Perancis II terjadi tahun 1848). Dan Jenderal De Kock berusaha berargumen mengenai sketsa tersebut, dia berusaha menjelaskan sesuatu terhadap Pangeran, tapi dalam moment ini De Kock kalah wibawa dengan Pangeran, apa pun alasannya De Kock telah menangkap Pangeran Diponegoro dengan bantuan Kolonel Jean Baptista Cleerens dengan cara tidak terpuji, tidak ksatria dan licik. (Dr. Peter Carey, Asal Usul Perang Jawa, Pemberontakan Sepoy& Lukisan Raden Saleh, Yogyakarta:LKiS, 2001, hlm. 158). Meskipun sebagai penguasa, dia merasa gusar dalam situasi ini, dalam satu sisi dia bersebelahan dengan tawanan yang masih dianggap sebagai pemimpin rakyatnya, di sisi lain dia harus mengawasi sekaligus bertugas mengantar Raden Saleh, bagaimanapun Raden Saleh masih tercatat sebagai pelukis istana Kerajaan Belanda.
Saya membayangkan, betapa harunya pertemuan dua tokoh yang penuh pengabdian tersebut, Pangeran Diponegoro secara frontal melawan kolonial dan akhirnya tertangkap, dan Raden Saleh berjuang lewat lukisannya di induknya kolonial, dan juga "tertangkap".
Sekarang, sudah seratus lima puluh tahun usia lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, dan selama itu pula Raden Saleh sudah secara terang-terangan dan terbuka menunjukkan nasionalisme lewat karya-karyanya..
Rudi Winarso, S.Sn.
Karya : Rudi Winarso, S.Sn.
Judul : Tertangkapnya Raden Saleh
Ukuran : 150 x 200 cm
Media : Oil on Canvas
Tahun : 2001
"Lukisan berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh (1807-1880) menyimpan sejumlah tanda tanya. Lukisan ini diselesaikan tahun 1857, hampir 30 tahun setelah perang Diponegoro berakhir pada 1830. Lukisan berukuran kecil ini (100 x 150 cm) tidak orisinal karena merupakan salinan (dengan perubahan) lukisan J.W. Pieneman dengan judul dan ukuran yang kurang lebih sama. Lukisan Pieneman yang disontek dibuat beberapa tahun setelah perang Diponegoro berakhir sebagai catatan peristiwa penting dalam sejarah administrasi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Penangkapan Pangeran Diponegoro terkategori peristiwa besar karena Perang Diponegoro merupakan perang yang sulit, mahal dan lama (1825-1830)".
(Jim Supangkat, Raden Saleh dan Revolusi 1848, 1000 Tahun Nusantara/Editor, J.B.Kristanto.-Jakarta: Kompas, 2000, hlm. 585).
Uraian di atas merupakan tinjauan kritis terhadap sejarah seni rupa modern Indonesia dan latar belakang yang mempengaruhinya, Raden Saleh berhadapan dengan J.W. Pieneman sebagai perupa dan Pangeran Diponegoro (bersama kerabat dan pasukan pengikutnya) sebagai tokoh yang mengilhami karya mereka dalam konteks masa pendudukan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang diwakili Jenderal De Kock dan prajurit perwiranya.
Seperti kita ketahui, Raden Saleh dengan pandangan patriotik dan pengaruh romantisme yang mulai berkembang di Eropa pada masanya, berusaha melawan lewat pemberontakan dan kritikan lewat karya Penangkapan Pangeran Diponegoro tersebut, di mana karakter dan setting tokoh-tokoh perjuangan dalam karya Pieneman (sebagai pelukis dokumenter, Pieneman menggambarkan obyek figur dengan kaku dan bersifat resmi) direvisi oleh Raden Saleh (Dijiwai oleh suasana kesedihan dan drama, di dalamnya sikap keras para perwira Belanda itu kelihatan begitu tajamnya bertentangan dengan wajah-wajah sendu yang terpancar dari pengikut Diponegoro). Bertolak dengan karya yang lain, dalam lukisan ini anatomi pihak Belanda dikerdilkan. Tidak tanggung-tanggung, Raden Saleh juga memasukkan dirinya di dalam lukisan itu: pertama, berdiri menunduk dan dengan sikap penuh takzim di hadapan Pangeran; dan, kedua, sebagai salah seorang pengikut Diponegoro, dengan muka penuh kecemasan, menatap ke depan. Hebatnya lagi, karya tersebut dihadiahkan kepada Raja Willem III - suatu sikap perlawanan yang sangat efisien, langsung ke pusat pemerintahan Kolonial !
Dalam karya Tertangkapnya Raden Saleh ini, saya berusaha mempertemukan tokoh-tokoh pelaku peristiwa sejarah besar Perang Jawa, sambil berusaha “menangkap” ideologi perlawanan Raden Saleh..
Dalam setting imajiner saya, Raja Willem III terusik dengan hadiah dari Raden Saleh tersebut, maka dibuatlah rekonstruksi yang melibatkan tokoh-tokoh tersebut, dipanggillah Pieneman, De Kock dan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro juga dijemput dari Port Rotterdam Makassar, mereka kemudian berbondong-bondong menuju Magelang (waktu itu belum menjadi kota kolektor), mungkin kejadian tersebut dilakukan setelah tahun 1857, setelah lukisan tersebut jadi dan dihadiahkan ke Raja Willem III. Ah tidak mungkin ! Pangeran Diponegoro berpulang pada tanggal 8 Januari 1855 dalam pembuangan. Jadi siapa yang mewakili Pangeran Diponegoro dalam acara rekonstruksi tersebut ?
Atau, ini mungkin lebih rasional, acara tersebut terjadi setelah kepulangan Raden Saleh dari Perancis sekitar tahun 1851 (Tahun 1852 & 1857 Raden Saleh pulang ke Jawa) sampai sebelum Pangeran Diponegoro meninggal dunia (1855). Jadi ide acara rekronstruksi tersebut datang dari De Kock-karena masih mencurigai Raden Saleh (Raden Saleh berusaha melarikan diri ke Jerman, setelah beliau dikirim ke Belanda lalu Perancis di tengah berkecamuknya Perang Jawa), atau ide Raden Saleh sendiri atas persetujuan penguasa kolonial.
Semua berkumpul (dan Raja Willem III tidak tahu-menahu, karena memang dia tidak diberitahu), termasuk Pangeran Diponegoro. Beliau memperhatikan sketsa Raden Saleh (Dalam sketsa ini Raden Saleh menggambarkan Pangeran Diponegoro bertolak pinggang sambil menenangkan istrinya yag bersujud di lututnya), dan Pieneman harap-harap cemas menyaksikan adegan tersebut. Dia sadar sebagai pelukis pemerintah berhadapan dengan Pangeran Diponegoro yang melegenda tersebut, dan di sebelahnya berdiri seniornya, setelah lebih dari 22 tahun memperdalam seni lukis di Eropa, tujuh tahun terakhir tinggal di negara revolusioner (Revolusi Perancis II terjadi tahun 1848). Dan Jenderal De Kock berusaha berargumen mengenai sketsa tersebut, dia berusaha menjelaskan sesuatu terhadap Pangeran, tapi dalam moment ini De Kock kalah wibawa dengan Pangeran, apa pun alasannya De Kock telah menangkap Pangeran Diponegoro dengan bantuan Kolonel Jean Baptista Cleerens dengan cara tidak terpuji, tidak ksatria dan licik. (Dr. Peter Carey, Asal Usul Perang Jawa, Pemberontakan Sepoy& Lukisan Raden Saleh, Yogyakarta:LKiS, 2001, hlm. 158). Meskipun sebagai penguasa, dia merasa gusar dalam situasi ini, dalam satu sisi dia bersebelahan dengan tawanan yang masih dianggap sebagai pemimpin rakyatnya, di sisi lain dia harus mengawasi sekaligus bertugas mengantar Raden Saleh, bagaimanapun Raden Saleh masih tercatat sebagai pelukis istana Kerajaan Belanda.
Saya membayangkan, betapa harunya pertemuan dua tokoh yang penuh pengabdian tersebut, Pangeran Diponegoro secara frontal melawan kolonial dan akhirnya tertangkap, dan Raden Saleh berjuang lewat lukisannya di induknya kolonial, dan juga "tertangkap".
Sekarang, sudah seratus lima puluh tahun usia lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, dan selama itu pula Raden Saleh sudah secara terang-terangan dan terbuka menunjukkan nasionalisme lewat karya-karyanya..
Rudi Winarso, S.Sn.
Karya : Rudi Winarso, S.Sn.
Judul : Tertangkapnya Raden Saleh
Ukuran : 150 x 200 cm
Media : Oil on Canvas
Tahun : 2001